Kerajaan Singasari Kerajaan
Singhasari atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah kerajaan
di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang
sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika
pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama
Kutaraja.
Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama
Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi
Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian
justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun
terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga
muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan
Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu
adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh secara licik oleh pengawalnya
sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Tidak
hanya itu, Ken Arok bahkan berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan
Kadiri.
Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri
melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken
Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter
yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan
Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah
itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang
Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan
kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini
adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama
arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain
itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan
Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.
Raja-raja Tumapel versi Pararaton adalah:
1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
2. Anusapati (1247 - 1249)
3. Tohjaya (1249 - 1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
5. Kertanagara (1272 - 1292)
Raja-raja Tumapel versi Nagarakretagama adalah:
1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)
2. Anusapati (1227 - 1248)
3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)
4. Kertanagara (1254 - 1292)
Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan
darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak
tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir).
Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya
Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.
Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan
antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat
dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk
raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk
tersebut dianggap sebagai aib.
Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja
yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka.
Dalam Prasasti Mula Malurung (yang dikeluarkan Kertanagara atas
perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja Kadiri,
bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam
Nagarakretagama.
Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja
bawahan di Kadiri. Jadi, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta
tahun 1254 perlu dibetulkan. Yang benar adalah, Kertanagara menjadi
raja muda di Kadiri dahulu. Baru pada tahun 1268, ia bertakhta di
Singhasari.
Dengan ditemukannya prasasti Mula Malurung maka sejarah Tumapel versi Pararaton perlu untuk direvisi.
Kerajaan Tumapel didirikan oleh Rajasa alias Bhatara Siwa setelah
menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua,
Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara
Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng). Parameswara digantikan oleh
Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh
Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana.
Prasasti Mula Malurung menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan
Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri
kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu
Kertanagara.
Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama
antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan
nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka.
Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka
dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya
rekonsiliasi antara kedua kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana
merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah cucu Ken
Arok.
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah
Singhasari (1268 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan
wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk menjadikan pulau Sumatra sebagai benteng pertahanan
dalam menghadapi ekspansi bangsaMongol. Saat itu penguasa pulau Sumatra
adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu).
Kerajaan ini akhirnya tunduk dengan ditemukannya bukti arca Amoghapasa
yang dikirim Kertanagara sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan
Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari
meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu
ditolak tegas oleh Kertanagara.
Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar
Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun,
dan Bakulapura.
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar
Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292
terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan
sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam
serangan itu Kertanagara mati terbunuh.
Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun
ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun
berakhir.
Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden
Wijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari
maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia
kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa
Majapahit.
Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol dipimpin Ike Mese untuk
menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan
Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan
siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan
Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu
dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
Sumber: http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/12/kerajaan-singasari.html
|